Sebuah ledakan besar ketika pertama penyambutan sebagai seorang mahasiswa IPB,.
Impian dan Cita besar kuukir dalam hati saat awal menapakkan derapan langkah menuju pintu awal kesuksesan di masa mendatang,.
Bismillah,.
Ku mulai niat ku utk menjemput sebuah titik berkilau yang sudah dekat dihadapan,.
Layar sudah berkembang,.
Pantang surut mundur ke belakang,..
Selasa, 25 Agustus 2009
Sebuah Meja Kayu Persembahan
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.
Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan.Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan."
Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air matapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.
Sahabat DAHSYAT,
Anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.
Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan.Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan."
Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air matapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.
Sahabat DAHSYAT,
Anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.
Senin, 24 Agustus 2009
Tips Berbicara di Depan Orang Banyak
1. Kuasai materi yang ingin disampaikan, seminimal mungkin kuasai 3 hari sebelum berbicara ke depan hal ini dilakukan agar anda lebih rileks dalma berbicara di depan banyak orang, jangan malam untuk belajar dari pada anda di tertawakan dan malu didepan banyak orang
2. Berlatih secara terus menerus, mulai dari kelompok yang kecil bisa terdiri dari 5 orang lalu tingkatkan menjadi 10 orang, 15 orang 20 orang dan seterusnya agar anda terbiasa berbicara dengan orang banyak
3. Belajarlah dari orang - orang sukses terutama pelajari cara berbicaranya dalam menguasai audiensnya
4. Tarik perhatian para pendengar dengar dengan hal - hal yang ringan seperti joke kecil untuk mengembalikan perhatian mereka
5. Persepsikan pikiran anda bahwa anda sedang berbicara dengan teman - teman anda agar anda lebih fleksibel dalam berbicara dan tentunya membuat anda tidak kaku dalam menyampaikan materi anda
6. Yakinlah dengan apa yang anda sampaikan ke pendengar anda walau salah sekali pun, jika anda yakin maka pendengarpun yakin tapi jika anda tidak yakin maka pendengar pun engak bakal bisa diyakinkan waluapun anda membawakan materi yang benar sekali pun
7. Belajarlah memainkan intonasi kalimat agar memuat para pendengar yakin terutama kalimat - kalimat yang ingin anda tegaskan
8. Jangan pedulikan 1 atau 2 orang yang tidak mendengarkan pemicaraan anda berikan persepsi yang baik pada diri anda misalkan "orang yang mendengarkan pembicaraan saya sedang membahas materi yang saya sampaikan dengan temannya" atau "orang itu sedang menelepon temannya tentang materi yang saya sampaikan" hal ini di gunakan agar mental anda tidak down saat berbicara di depan orang banyak
9. Jika anda merasa materi yang anda sampaikan kurang menarik, maka berusahalah membuatnya menarik dengan cara anda sendiri (persepsiakn dalam diri anda sendiri)
10. Setiap selesai membawakan materi Evaluasi diri anda sendiri lalu tanyakan pada pendengar anda untuk membandingkan jika jawabannya negatif maka segeralah perbaiki
2. Berlatih secara terus menerus, mulai dari kelompok yang kecil bisa terdiri dari 5 orang lalu tingkatkan menjadi 10 orang, 15 orang 20 orang dan seterusnya agar anda terbiasa berbicara dengan orang banyak
3. Belajarlah dari orang - orang sukses terutama pelajari cara berbicaranya dalam menguasai audiensnya
4. Tarik perhatian para pendengar dengar dengan hal - hal yang ringan seperti joke kecil untuk mengembalikan perhatian mereka
5. Persepsikan pikiran anda bahwa anda sedang berbicara dengan teman - teman anda agar anda lebih fleksibel dalam berbicara dan tentunya membuat anda tidak kaku dalam menyampaikan materi anda
6. Yakinlah dengan apa yang anda sampaikan ke pendengar anda walau salah sekali pun, jika anda yakin maka pendengarpun yakin tapi jika anda tidak yakin maka pendengar pun engak bakal bisa diyakinkan waluapun anda membawakan materi yang benar sekali pun
7. Belajarlah memainkan intonasi kalimat agar memuat para pendengar yakin terutama kalimat - kalimat yang ingin anda tegaskan
8. Jangan pedulikan 1 atau 2 orang yang tidak mendengarkan pemicaraan anda berikan persepsi yang baik pada diri anda misalkan "orang yang mendengarkan pembicaraan saya sedang membahas materi yang saya sampaikan dengan temannya" atau "orang itu sedang menelepon temannya tentang materi yang saya sampaikan" hal ini di gunakan agar mental anda tidak down saat berbicara di depan orang banyak
9. Jika anda merasa materi yang anda sampaikan kurang menarik, maka berusahalah membuatnya menarik dengan cara anda sendiri (persepsiakn dalam diri anda sendiri)
10. Setiap selesai membawakan materi Evaluasi diri anda sendiri lalu tanyakan pada pendengar anda untuk membandingkan jika jawabannya negatif maka segeralah perbaiki
Langganan:
Postingan (Atom)